"Bahkan Orang Mati Terdampak Pemanasan Global"
ONN, KOMPAS.com —
Naiknya tinggi permukaan laut telah menyebabkan puluhan kuburan tentara
yang diduga merupakan pasukan Jepang pada Perang Dunia II di Kepulauan
Marshal terbongkar. Perubahan iklim pun kembali disebut sebagai
penyebab.
"Ada peti mati dan jasad hanyut dari kuburan. Ini
serius," kata Menteri Luar Negeri Kepulauan Marshal, Tony de Brum,
kepada wartawan di sela perundingan perubahan iklim PBB di Jerman, Jumat
(6/6/2014).
Setidaknya ada 26 sisa jasad ditemukan di Santo
Island setelah pasang tinggi menggenangi pulau ini sejak Februari 2014
hingga April 2014. Situasi ini mengarahkan tudingan pada perubahan iklim
yang mengancam pulau-pulau dengan lokasi tertinggi hanya memiliki
ketinggian dua meter di atas permukaan laut.
"Bahkan, orang mati
pun terdampak (perubahan iklim ini)," imbuh De Brum. Selain kerangka
tersebut, dia mengatakan bom yang gagal meledak dan beragam peralatan
militer lain juga bermunculan ke permukaan tanah dalam beberapa bulan
terakhir karena naiknya permukaan laut itu.
Soal
kerangka-kerangka itu, De Braum memperkirakan mereka adalah tentara
Jepang. Dia mengatakan, penggalian sampel telah dilakukan oleh Angkatan
Laut Amerika Serikat di Pearl Harbor di Hawai untuk membantu
identifikasi asal-usul kerangka yang bermunculan di Kepulauan Marshal
itu. "Untuk membantu upaya repatriasi juga."
Para ilmuwan yang
menggeluti iklim menyatakan, pemanasan global telah menaikkan permukaan
air laut rata-rata 19 sentimeter sepanjang abad ke-21. Kondisi ini,
menurut mereka, telah memperparah dampak gelombang badai dan pasang
surut. Gletser dan lapisan es mencair karena alasan yang sama, demikian
juga terjadi pemuaian air.
Peneliti PBB pada Kamis (5/6/2014)
menyatakan telah terjadi pula perubahan angin dan arus di perairan
Pasifik. Dari penelitian itu, tinggi permukaan air di perairan tersebut
juga meningkat lebih cepat dari rata-rata kenaikan tinggi permukaan air
dunia sejak 1990-an.
Sebanyak 170 negara bertemu di Bonn untuk
memahami sejauh mana ancaman yang dihadapi negara-negara kepulauan
terkait perubahan iklim ini. Pasang naik yang membilas daratan dengan
air asin, misalnya, telah merusak vegetasi dan tanaman seperti sukun dan
kelapa.
"Kami pikir mereka sudah mendapatkan pesan (soal dampak
pemanasan global ini), tetapi tidak cukup cepat bagi masyarakat yang
lebih rentan," kata De Brum. Bagi masyarakat, ini butuh tindakan seperti
menggalakkan rumah panggung, membangun kembali jalan dan dermaga, atau
bahkan mengosongkan pulau-pulau karang.
http://sains.kompas.com/read/2014/06/07/0121078/.Bahkan.Orang.Mati.Terdampak.Pemanasan.Global.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar